Pengertian Qalbu
Qolbu,
ruh, nafsu dan akal adalah istilah yang serupa tapi tidak sama. Tidak
jarang orang memberi makna yang salah terhadap qolbu, ruh, nafsu maupun
akal. Imam al-Ghazali telah memberikan definisi arti qolbu, ruh, nafsu
dan akal.
Qolbu
Qolbu disebut juga hati. Hati sesungguhnya memiliki dua pengertian, yakni fisik dan spiritual. Secara fisik hati merupakan daging yakni organ tubuh manusia yang tersimpan dan terlindungi oleh tulang belulang. Hati terletak di dada sebelah kiri. Bentuk hati seperti buah shanaubar sehingga sering dikatakan hati sanubari.Pada daging hati terdapat lubang dan jaringan yang halus. Di dalam lubang atau rongga terdapat darah hitam yang menjadi sumber ruh.
Hati secara spiritual merupakan sesuatu yang halus, rabbaniyah (ketuhanan), ruhaniah (kerohanian) dan mempunyai keterkaitan dengan hati yang jasmaniah.
Hati yang halus ialah hakikat manusia. Hatilah yang mengetahui, yang mengerti dan yang mengenal diri sendiri. Hatilah yang diajak bicara, disiksa, dicela dan dituntut Tuhannya. Hati dalam pengertian ini juga memiliki kaitan dengan jasmaniah. Hati terkait dengan akhlak terpuji yang direalisasikan oleh gerak tubuh. Hati menentukan sifat dan watak manusia yang tampak secara lahiriah.
Qolbu
Qolbu disebut juga hati. Hati sesungguhnya memiliki dua pengertian, yakni fisik dan spiritual. Secara fisik hati merupakan daging yakni organ tubuh manusia yang tersimpan dan terlindungi oleh tulang belulang. Hati terletak di dada sebelah kiri. Bentuk hati seperti buah shanaubar sehingga sering dikatakan hati sanubari.Pada daging hati terdapat lubang dan jaringan yang halus. Di dalam lubang atau rongga terdapat darah hitam yang menjadi sumber ruh.
Hati secara spiritual merupakan sesuatu yang halus, rabbaniyah (ketuhanan), ruhaniah (kerohanian) dan mempunyai keterkaitan dengan hati yang jasmaniah.
Hati yang halus ialah hakikat manusia. Hatilah yang mengetahui, yang mengerti dan yang mengenal diri sendiri. Hatilah yang diajak bicara, disiksa, dicela dan dituntut Tuhannya. Hati dalam pengertian ini juga memiliki kaitan dengan jasmaniah. Hati terkait dengan akhlak terpuji yang direalisasikan oleh gerak tubuh. Hati menentukan sifat dan watak manusia yang tampak secara lahiriah.
Qolbu Menurut AL QUR’AN
“Kehebatan Alquran mengupas hati manusia”
Hati dalam bahasa arab di sebut dengan “qalb”. Sedangkan makna dari “Qalb” itu sendiri adalah membalikan. Namun ada pula yang menyebutnya dengan “al kabad”. Pemaknaan lughawy ini hanya sebagai dasar bahwa hati adalah bagian terpenting dalam tubuh dan pola pikir manusia.
Hati dalam bahasa arab di sebut dengan “qalb”. Sedangkan makna dari “Qalb” itu sendiri adalah membalikan. Namun ada pula yang menyebutnya dengan “al kabad”. Pemaknaan lughawy ini hanya sebagai dasar bahwa hati adalah bagian terpenting dalam tubuh dan pola pikir manusia.
Sedangkan di dalam Alquran sendiri di
singgung mengenai hati dengan kata “Qalb”. Kata “Qalb” sendiri merupakan
pemaknaan akan fungsinya. Di mana hati sangat rentan dan mudah untuk
mewarnai atau diwarnai. Sekarang bicara merah, maka semenit kemudian
bisa berubah menjadi putih. Sekarang bisa, sejam kemudian bisa berubah
menjadi tidak bisa. Intinya, hati adalah bagian organ tubuh yang
memiliki fungsi luar biasa. Dan pekerjaan hati tidak ada yang mengetahui
kecuali dirinya saja dengan Sang Khaliq.
Nah, untuk menjadikan hati selalu baik,
perlu keyakinan atau pikiran bahwa Allah SWT adalah yang dapat memonitor
langsung isi hati kita. Dia tidak akan pernah luput dan lalai terhadap
hati kita walaupun manusia dan makhluk lainnya tidak dapat menebak apa
isi hati kita ini.
Untuk itulah karena hati sebagai sumber
dari setiap tindakan manusia, maka ia memiliki peranan besar terhadap
perbuatan-perbuatan. Dalam salah satu Kitab Imam Syafi’I menjelaskan,
bahwa semua perbuatan manusia tergantung dari sepotong daging dalam
tubuh. Jika ia baik, maka baiklah seluruh perbuatannya. Sebaliknya, jika
ia buruk, maka buruklah semua amal perbuatannya, dia lah hati.
Ungkapan ulama atau pun hadist tidaklah
berlebihan ketika hati memiliki peranan besar terhadap sikap, tindakan
dan perbuatan manusia. Tidak sedikit pun perbuatan manusia, kecuali ia
dimulai dari isi hatinya yang terdalam.
Dalam masalah peranan hati terhadap
perbuatan manusia, Islam menyikapinya dengan bijak, khusus kepada umat
Muhammad SAW, bahwa siapa pun yang ingin melakukan kebaikan. Cukup
bermodalkan niat yang terbersit dalam hati, maka Allah telah memberikan
balasan niat baiknya itu walaupun ia tidak mengerjakannya sebab lupa dan
lain sebagainya. Sebaliknya, dalam masalah perbuatan buruk, siapa pun
tidak akan di kenakan dosa oleh Nya selama hanya terbersit dalam hati.
Contohnya adalah Ridwan berniat pada
suatu malam ingin melaksanakan shalat Tahajud, namun sebab lain hal, ia
lupa tidak melakukannya hingga menjelang fajar. Maka pada hal demikian,
Ridwan tetap diberikan nilai pahala oleh Allah SWT sebab niat baiknya
untuk melaksanakan sholat Tahajud.
Begitu pula apabila Ridwan hanya memiliki
niat untuk mencuri, tetapi perbuatannya tersebut urung dilakukan, alias
tidak eprnah terjadi, maka pada posisi demikian, ia tidak berdosa sama
sekali walaupun pernah terbersit dalam hatinya.
Ini lah salah satu karunia terbesar Allah
SWT bagi hati setiap muslim, bahwa ia diberikan keistimewaan yang luar
biasa. Dan keistimewaan tersebut seakan Allah telah mengetahui, bahwa
hati manusia selalu berbalik dan berputar arah. Oleh karenanya, Allah
SWT menganjurkan setiap hamba Nya untuk selalu berdoa agar di dibalikan
hatinya dari jalan yang buruk kepada jalan yang baik.
Di samping itu pula, hati agar hati
selalu baik dan memiliki peranan yang baik pula, maka hendaknya iman
ditanam lebih dalam dan pertama kali daripada hal lainnya. Keimanan
merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar lagi untuk membekali hati
pertama kali. Untuk itu, beriman adalah apabila hatinya telah mengakui
dan meyakini atas apa yang telah Allah ajarkan.
Menjadi sia-sia apabila ada hati kosong
belaka tanpa keimanan kepada Nya. atau hati hanya di isi oleh hal-hal
yang sifatnya fana, seperti keinginan memiliki harta duniawi, rumah
mewah, emas melimpah dan lain sebagainya. Semua itu sama sekali tidak
akan menolong empunya jika kelak telah berpulang keharibaan Allah SWT.
Beruntunglah orang-orang yang telah
mengisi hatinya dengan keimanan kepada Allah SWT. Karena bekal itulah
yang akan membedakannya kelak di Akhirat di antara orang-orang Kafir.
Hal ini di tegaskan dalam Alquran sebagai berikut:
$ygr’¯»t ãAqߧ9$# w y7Râøts
úïÏ%©!$# tbqããÌ»|¡ç Îû Ìøÿä3ø9$# z`ÏB úïÏ%©!$# (#þqä9$s% $¨YtB#uä
óOÎgÏdºuqøùr’Î/ óOs9ur `ÏB÷sè? öNßgç/qè=è% ¡
Artinya:
“hari rasul, janganlah hendaknya kamu
disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan)
kekafirannya, Yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut
mereka:”Kami telah beriman”, Padahal hati mereka belum beriman.” ( QS Al
Maaidah: 41 )
Ayat di atas hanya menyinggung pusat
sebenar-benarnya keimanan adalah di hati. Mulut hanya sebagai penguat.
Namun masalah interkasi dengan Allah SWT harus memiliki keimanan hati
yang maksimal. Ia bukan sebuah permainan yang di ucapkan hanya untuk
memenuhi kebutuhan legal manusia saja.
Berapa banyak manusia yang melakukan
kebohongan iman dalam hatinya melalui mulutnya dengan kembali kepada
jalan kesesatan walau pun setelah mengucapkan Syahadat kepada Allah SWT
dan Rasul. Benar tidaknya menguapkan keimanan kepada Allah SWT dengan
mulutnya, hanya Allah lah saja yang mengetahui semua itu. Karena urusan
hati adalah wilayah Nya.
Al quran berbicara mengenai hati manusia
secara lengkap. Lebih detail dan utuh, terutama tujuan dari penciptaan
hati bagi manusia. Bagi manusia, hati adalah ciptaan Nya yang unik. Rasa
sedih, bahagia, senang dan lain sebagainya hanya dapat dirasakan oleh
kehadiran hati. Bak lidah yang dapat merasakan berbagai rasa. Mulai
pahit, asin, manis pedas dan lain sebagainya.
Empat belas abad yang lalu, nabi Muhammad
SAW telah mengalami sesuatu yang sangat istimewa terkait hatinya. Ia
diberikan keistimewaan oleh Alah pertama kali adalah hatinya. Di mana
dalam catatan sejarah, bahwa beliau di bersihkan hatinya dari
sifat-sifat dan perbuatan yang dapat melanggar perintah Nya.
Di usia yang relatif kecil, Muhammad
telah mengalami sesuatu yang dahsyat dalam hidupnya. Tidak ada yang
mengetahui tujuan dari scenario Allah tersebut. Namun semua jagad
manusia sampai detik ini hanya meyakini, bahwa Allah akan memberikan
yang terbaik bagi Rasul Nya tersebut.
Syahdan, keyakinan umat manusia akan
tujuan Allah terhadap pembersihan hati Rasul Nya itu terbukti. Tidak
pernah dalam sejarahnya Nabi SAW melakukan kemaksiatan kepada Allah.
Atau melakukan pelanggaran kepada Nya, kecuali dalam hal kecil ia akan
segera di ingatkan oleh Nya.
Untuk itulah, ia memliki sifat ma’sum (
terjaga dari kesalahan ) yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Dan
Alquran mencatat pula, setiap orang haryus hati-hati terhadap pikiran
yang dikuasai oleh hatinya yang negatif. Sedikit saja lengah terhadap
Allah SWT, maka ia mudah untuk dimasuki oleh Syetan. Penyakit-penyakit
hati akan mudah bersemayam. Kegelisahan hati akan kian kentara dan susah
untuk mengontrol nafsu. Tidak lah disebut sebagian manusia dengan
sebutan munafik kecuali dalam hatinya ada beberapa penyakit berbahaya.
Dan sifat Nifaq merupakan sifat yang akan
menggerogoti kebaikan seseorang. Seakan ia berbuat baik, namun ia
melakukannya bukan karena Allah SWT. Atau ia banyak berbuat ingkar janji
tidak sesuai dengan isi hatinya. Atau ia melakukan perbuatan seakan
karena Nya, padahal ia melakukannya demi sesuatu yang fana.
Riya, nifaq, hasad atau dengki dan lain
sebagainya adalah di anatar sebagian penyakit hati yang siap
menggerogoti kebaikan seseorang jika ia tidak mampu mengontrolnya.
Tatkala nafsu menguasai, maka bersegeralah untuk memohon kepada Allah
SWT. Karena ketika seseorang ingat kepada Nya, sebenarnya ia sedang
berusaha untuk minta dijauhkan dari kecenderungan hati yang buruk yang
telah dikuasai oleh nafsu.
Dan mendatangi Allah SWT harus dengan
memohon, alias berdoa agar hati selalu cenderung kepada kebaikan tatkala
nafsu mulai mengajak kepada kejelekan. Dengan keyakinan penuh di dalam
hati, semua dapat dipastikan akan terhindar dari kemungkaran.
Dalam bahasa lainnya, Islam pun memandang
bahwa Akhlaq atau etika yang baik bermula dari hati, dan hal itu
menjadi menu pembahasan utama di dalam Alquran. Karena Alquran
berkonsentrasi dalam masalah Tauhid, Syariat dan Akhlaq.
Jika hati menjadi prioritas dalam Alquran
karena berkaitan dengan Akhlaq yang menjadi pilar utama dalam Islam,
maka sendi-sendi yang menjadi penopang kebutuhan Akhlaq seperti
kesempurnaan akal, pola berpikir dan lain sebagainya menjadi bagian yang
sangat oenting pula untuk di miliki.
Di perlihatkannya Akhlaq Islam oleh Allah
SWT adalah melalui nabi Muhammad SAW. Beliau di katakana sebagai Akhlaq
Alquran. Jika kita membaca sejarah beliau, tidak ada satu pun Akhlaqnya
yang negatif, kecuali bagi mereka yang sedari awal tidak menyukai
Islam.
Benar, bahwa sejak awal kali Islam turun
di Jazirah Arabia, orang-orang yang tidak suka Islam akan selalu
berusaha menjegal dan menghalangi bahkan mengatakan bahwa Islam itu
adalah agama dan ajaran yang tidak benar sehingga tidak patut di ikuti.
Mari lah kita telaah sejenak, kalau anda
pernah berkeliling dunia atau paling tidak menemukan agama lain
beribadah, maka di sana akan banyak sekali perbedaannya. Factor
Akhlaq/etika tidak menjadi penentu utama dalam ibadahnya.
Sebagai contoh, ketika seorang muslim
akan melakukan ibadah sholat, maka ia diwajibkan untuk menuntup seluruh
Auratnya yang diajarkan. Sebab auratnya akan menjadi penentu secara
syar’i akan diterima tidaknya seluruh amal sholatnya. Sah atau tidaknya
sangat bergantung kepada aurat. Antara aurat laki-laki dan wanita
masing-masing akan berbeda. Tidak seperti penulis pernah dengar dari
seorang teman, bahwa di suatu Negara ada seseorang yang melakukan ibadah
( di luar Islam ) dan sama sekali dalam masalah berpakaian yang
merupakan bagian aurat dalam Islam bukan bagian terpenting. Seakan
mereka tidak memahami apa yang sedang mereka lakukan. Jika mereka
menghadap tuhannya saja seperti demikian, bagaimana dengan interaksi
antar sesama. Tentunya inilah rahasia Allah SWT mengajarkan kepada
hamba-hamba Nya dalam beribadah agar senantiasa memakai aturan yang
telah diajarkan dalam Alquran dan Alhadist. Ibarat memakan daging yang
baik adalah yang dianjurkan dengan cara di sembelih bukan cara lainnya
walau pun sama-sama pada akhirnya binatang yang akan diambil dagingnya
itu mati.namun emmakand ari cara yang baik yang diajarkan akan
memberikan efek positif pada hal lainnya. Karena dalam Islam apa pun
yang dilakukan manusia, apa pun yang di makannya, maka ia akan
memberikan asupan kepada seluruh unsure tubuh manusia, baik secara
fisik, jiwa, hati dan lain sebagainya.
Harta yang yang dimakan adalah yang halal
secara usaha, baik secara jenis berkah secara hasil. Bukan hanya di
lihat dari sisi harta bisa di makan atau tidak. Mengenyangkan perut atau
tidak. Karena Islam memandang, bahwa harta dapat memberikan efek yang
luar biasa pada fisik, sikap, perbuatan dan tentunya hati serta
pemikiran manusia itu sendiri.
Semakin baik dan dengan cara yang syar’i
maka akan semakin memberikan efek positif bagi kehidupannya. Dalam
Hadist telah ditegaskan, bahwa sebaik-baik harta adalah yang dihasilkan
seseorang dasi hasil usahanya sendiri.
Sumber:
REPOST : http://obatqalbu.wordpress.com/qalbu/pengertian-qalbu/